Senin, 04 Juni 2012

KITA MASIH MERANGKAK (terjajah)




INDONESIAN CHAOS ON FOOTBALL,,,!!!!


Sampai Kapan Darah Basuhi Sepak Bola Indonesia?






   TANGIS menyelimuti sepak bola Indonesia. Di tengah karut-marut kompetisi dan perseteruan sejumlah pengurus yang makin mengecewakan, publik pencinta sepak bola Tanah Air kembali harus menyaksikan darah puluhan pemuda tertumpah di lapangan sepak bola. Kegembiraan menyaksikan permainan indah itu, kini seakan telah berubah menjadi olahraga yang amat menakutkan.


Sepak bola sejatinya memang tak bisa lepas dari unsur fanatisme yang terkadang berujung kekerasan maupun perkelahian para pendukung setia sejumlah klubnya. Tidak hanya di Indonesia, untuk level dunia pun sudah banyak bukti nyata yang menggambarkan bahwa olahraga tersebut bukan lagi sekadar pertarungan antara 22 manusia di dalam lapangan.

Masih lekat di benak pencinta bola, insiden berdarah yang terjadi di Liga Mesir, Febuari lalu. Seusai laga antara tuan rumah Al-Masri melawan Al-Ahly itu, 73 jiwa melayang sia-sia di atas rumput Stadion Port Said karena kerusuhan antarsuporter kedua tim. Dengan menggunakan pisau, kayu, dan benda tumpul lainnya, pendukung fanatik Al-Masri secara beringas menganiaya pendukung Al-Ahly di tengah lapangan.

Untuk level lebih tinggi, pertemuan Juventus dan Liverpool di final Liga Champions di Stadion Heysel, Brussels, Belgia, menjadi salah satu sejarah kelam sepak bola. Pertandingan dua raksasa Eropa pada 29 Mei 1985 itu diwarnai insiden tragis. Ejekan suporter kedua tim tersebut membuat emosi pecah hingga membuat pagar yang pemisah kedua suporter roboh. Walhasil, kericuhan terjadi dan 39 suporter tewas akibat peristiwa ini.

Nyawa tak berdosa
Sejumlah contoh itu memang lebih jauh menakutkan jika dibandingkan dengan apa yang terjadi di Indonesia. Akan tetapi, segala bentuk tindakan apa pun, sangat disayangkan apabila hingga memakan korban jiwa. Apalagi, selama tiga bulan terakhir, sembilan anak Negeri telah meregang nyawa akibat sepak bola Indonesia.

Pada Jumat (9/3/2012) malam, rombongan suporter Persebaya Surabaya yang hendak menuju Bojonegoro untuk mendukung timnya berlaga melawan Persibo dilempari batu oleh warga saat kereta api barang yang ditumpanginya masuk wilayah Babat, Lamongan. Sontak, kepanikan terjadi. Beberapa suporter yang berusaha menghindar kemudian terjatuh karena tersangkut kabel.

Akibat insiden itu, lima nyawa "Bonek Mania"—sebutan pendukung setia Persebaya—melayang. Sebanyak 18 pendukung lainnya mengalami luka-luka karena terkena lemparan batu dan terjatuh dari atas kereta api yang membawa mereka.

Dua bulan berselang, giliran Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, yang menjadi saksi tiga darah pemuda mengalir di dunia sepak bola Indonesia. Adalah Lazuardi (29), warga Menteng, Jakarta Pusat, yang tewas setelah dianiaya suporter seusai menyaksikan laga klasik antara Persija Jakarta dan Persib Bandung dalam lanjutan ISL. Nyawa dua orang lainnya, Rangga Cipta Nugroho (22) dan Dani Maulana (16), pun turut terenggut dalam insiden itu.

Tak sampai sepekan, Minggu (3/6/2012) malam, seorang "Bonek Mania", Purwo Adi Utomo, juga menjadi korban kejamnya sepak bola Indonesia. Pemuda yang masih berstatus sebagai pelajar kelas III SMK Negeri 5 Surabaya itu tewas terinjak-injak dalam kericuhan antara suporter dan aparat keamanan seusai laga Persebaya melawan Persija Jakarta dalam lanjutan IPL di Stadion Gelora 10 Nopember, Tambak Sari, Surabaya.

Aparat vs fanatisme
Sejumlah kenyataan menyedihkan tersebut kini terpampang jelas dalam dunia sepak bola Indonesia. Sangat disesalkan, olahraga yang digadang-gadang penuh sportivitas itu harus dirusak oleh sejumlah pendukung maupun segelintir pihak lain yang tidak bertangung jawab. Tak ayal, penyesalan dan kecaman pun datang dari beberapa insiden berdarah tersebut.

"Sepak bola Indonesia ini sudah rusak, jadi jangan ditambahi dengan masalah-masalah seperti ini. Sepak bola seharusnya tidak sampai seperti ini. Sampai kapan lagi sepak bola harus kehilangan nyawa-nyawa yang tidak perlu," sesal kapten Persija, Bambang Pamungkas, menanggapi sejumlah insiden berdarah itu.

Sosiolog Imam B Prasodjo berpendapat, kekerasan yang dilakukan suporter sepak bola merupakan bentuk emosional primitif yang mengarah ke perlakuan hewani. Jika tidak segera diselesaikan, proses kristalisasi sebagai kelompok suporter yang selalu menganggap lawannya adalah musuh, kekerasan itu masih terus terjadi dan bisa mengeras lagi.

"Yang menjadi perekat kelompok suporter adalah rasa kekitaan yang sangat emosional. Akibatnya, orang beranggapan bahwa di luar kelompok saya adalah musuh. Jika dibiarkan, nantinya kelompok ini bisa masuk ke dalam lingkaran budaya kekerasan yang menjadikan mereka bertindak sebagai mesin yang membenci kelompok lain," ujar Imam.

Memang, selain fanatisme sempit di setiap insiden berdarah dalam sepak bola itu memang juga tak bisa dilepaskan dari peran aparat dalam mengamankan sebuah pertandingan. Sebab, tak jarang, mereka pun dinilai bertanggung jawab atas sejumlah insiden itu. Tidak hanya di Indonesia, tragedi Hillsborough antara Liverpool dan Nottingham Forest pada 1989 menjadi kritik keras buat aparat keamanan yang dinilai teledor.

Guru Besar Kriminolog Universitas Indonesia, Adrianus Meliala, saat dihubungi Kompas.com di Jakarta, Senin (4/6/2012) malam, menilai aparat harus merancang bermacam usaha mencegah konflik di antara para suporter. Ia menilai, prosedur itu harus juga dilaksanakan secara baik ketika mengamankan suatu pertandingan besar yang identik dengan pendukung kesebelasan yang fanatik.


"Polisi pasti memiliki pertimbangan lain, karena tugas polisi adalah menciptakan public order. Memang perlu ada evaluasi kedua belah pihak. Jika polisi salah menerapkan tugasnya, silakan diperiksa. Tetapi, suporter juga harus sadar diri untuk tetap tertib dan tidak membuat masalah. Saya yakin, jika tidak ada hal-hal aneh, insiden itu tidak akan pernah terjadi," ujar Adrianus.

Respons dan tindakan nyata
Terlepas sebab muasal dari insiden berdarah tersebut, hilangnya puluhan nyawa itu telah menambah buruk sejarah kelam sepak bola Indonesia. Belum ada cara, respons, dan tindakan tegas untuk menyelesaikan persoalan itu secara nyata. Memang bukan pekerjaan mudah. Tapi, apakah sebanding jika olahraga favorit jutaan rakyat Indonesia ini terus memakan korban jiwa?

Lihat saja, Pemerintah Mesir langsung menghentikan seluruh kegiatan sepak bolanya akibat insiden berdarah di Port Said. Seluruh tim sepak bola Inggris pun berbesar hati rela menerima hukuman larangan tanding di kompetisi Eropa selama lima tahun dari FIFA atas ulah pendukung Liverpool dalam tragedi Heysel yang terjadi 27 tahun silam. Hasilnya, respons itu pun berbuah nyata, yakni sepak bola mereka dapat berkembang jauh lebih baik.

Bagi suporter, tak berlebihan juga jika mereka mencontoh rivalitas sejumlah klub luar negeri. Lihat saja perseteruan antara Barcelona-Real Madrid ataupun AC Milan-Inter Milan. Alasan kebencian yang mendarah daging dalam benak pendukung keempat tim itu yang berkaitan dengan sejarah panjang perjalanan bangsa mereka, bahkan jauh lebih kuat jika dibandingkan dengan fanatisme suporter di Indonesia.

Namun, bagi Barcelona, Madrid, Milan, maupun Inter, rivalitas yang mengakibatkan pertumpahan darah adalah warisan kuno yang tak pantas dilakukan di era modern saat ini. Rivalitas dan fanatisme, bagi mereka, telah bertransformasi menjadi pertarungan sehat dan sengit di dalam lapangan. Sepak bola pun akan kembali pada hakikatnya, yakni sebagai permainan indah 22 manusia di atas rumput!

Melihat sejumlah fakta itu, sangat pantas jika pertanyaan besar disematkan kepada para suporter, pengurus, serta penanggung jawab sepak bola Indonesia. Kini, semuanya kembali pada kemauan dan keseriusan mereka membangun olahraga itu tanpa ada lagi ratapan tangis dan air mata, apalagi darah tertumpah. Sangat picik jika olahraga indah itu hanya terus menjadi penyumbang duka puluhan pemuda yang meregang nyawa akibat sepak bola

Minggu, 03 Juni 2012

Legend Of Punk Rock


ABOUT RAMONES


Ramones, setiap mendengar kata Ramones, maka yang akan terpikirkan oleh pecinta musik Punk Rock adalah band-band Punk Rock kelas atas yang masih seangkatan dengan Sex Pistols dan The Clash. Ramones di anggap sebagai band punk rock pertama di dunia. Di dirikan pada tahun 1974, di kota kecil di luar New York bernama Forest Hills, Queens. Ramones menjadi leader gerakan musik punk rock yang mewabah di Amerika Serikat dan Inggris.
Ramones, Tahun 1980
Semua anggota band mengadopsi nama terakhiran "Ramone". Mereka tampil di 2.263 konsert selama kurang lebih 22 tahun. Dan telah mengeluarkan 14 album. Pada tahun 1996, setelah tur bersama di Lollapalooza Music Festival, anggota band membubarkan diri mereka. Delapan tahun kemudian setelah bubar, tiga anggota pendiri Ramones, Joey Ramone (Vokalis), Johnny Ramone (Gitaris), dan Dee Dee Ramone (Drumer), telah meninggal.
Mereka sekarang termasuk ke dalam musik rock terdasyat sepanjang masa, seperti Rolling Stone, di daftar 50 Greatest Artist of All Time, dan VH1's 100 Greatest Artist of Hard Rock. Pada tahun 2002, Ramones mendapat rangking urutan kedua band terdashyat sepanjang masa oleh majalah Spin. Pada 18 Maret 2002, Ramones termasuk ketiga pendiri drumer dan Tommy dan Marky Ramone, di masukan ke dalam Rock and Roll Hall of Fame. Pada tahun 2011, Ramones mendapat penghargaan Grammy Lifetime Achievement Award.

Sejarah Pembentukan (1974-75)
Ramones - Cover album Ramones
Ramones, termasuk ke daftar banyaknya band garage rock waktu itu, yang terpengaruh musik gelombang musik dari Inggris, terutama The Beatles. John Cummings dan Thomas Erdelyi membuat band garage rock sekolah menengah pada tahun 1966 dan 1967 yang bernama Tangerine Puppets. Mereka kemudian berteman dengan Dougles Colvin, yang pindah ke tempat mereka dari Jerman, dan Jeffry Hyman, yang sebelumnya menjadi vokalis band glam rock, Sniper, yang di dirikan pada tahun 1972.
Ramones
Ramones mulai terbentuk pada tahun 1974, ketika Cummings dan Colvin mengundang Hyman bergabung di band mereka. Formasi mereka adalah Colvin (vokalis dan gitaris), cummings (gitaris), dan Hyman (drumer). Colvin kemudian mengubah posisi dari gitar ke bass, dan menjadi orang pertama yang mengadopsi nama "Ramone", dan menyebut dirinya Dee Dee Ramone. Dia terinspirasi oleh Paul McCartney's yang juga menggunakan nama Paul Ramon. Kemudian yang lain menyusul, Hyman menjadi Joey Ramone dan Cummings menjadi Johnny Ramones.
Ramones - Cover Single Sheena Is A Punk Rocker
Penampilan pertama mereka di depan penonton adalah di Performance Studios, pada tanggal 30 Maret, 1974. Musik yang mereka mainkan sangat cepat dan sangat singkat, hampir di bawah dua menit. Legs McNeil, dari majalah Punk, menjelaskan dampak pada penampilan tersebut: "Mereka semua mengenakan jaket kulit hitam. ... ..., Mereka sangat menghebohkan. Orang-orang ini bukan hippies. Mereka dalah sesuatu yang baru."

Mengusung Punk Rock (1976-77)
Ramones mengeluarkan debut album pertama mereka, Ramones, pada Februari 1976. Ada 14 lagu dalam lagu tersebut. Yang terpanjang, "I Don't Wanna Go Down to the Basement", hanya dua setengah menit. Wayne Robbins dari Newsday's dengan singkat mengatakan "the best young rock 'n' roll band in the known universe."

Tapi album tersebut, tidak meraih keberhasilan komersial, mereka hanya meraih angka 111 di urutan album Billboard. Dua single dari album, "Blitzkrieg Bop" dan "I Wanna Be Your Boyfriend", gagal masuk ke dalam chart. Pada penampilan pertama utama band ini di luar New York, pada bulan Juni di Youngstown, Ohio, hanya sepuluh orang yang muncul!
Tapi penampilan mereka di The Roundhouse di London pada tanggal 4 Juli 1976, yang di selenggarakan oleh Linda Stein, sukses besar. Roundhouse adalah malam di mana mereka bertemu anggota band Sex Pistols dan The Clash, yang membantu menggembleng adengan Punk rock di Inggris yang sedang berkembang.
Ramones - Cover Album Rocket To Russia
Selanjut di album kedua mereka, Leave Home dan Rocket to Russia di rilis pada tahun 1977.Rocket to Russia menjadi lagu peringkat tertinggi band tersebut, mendapatkan posisi 49 di Billboard 200. dan majalah Rolling Stone, kritik dari Dave Marsh menyebutnya "rock n roll terbaik Amerika tahun ini". Album ini juga membuat Ramones memasuki chat Billboard pada posisi 81 dengan lagu "Sheena Is a Punk Rocker". Dan single lainya "Rockaway Beach" mendapatkan posisi 66, pposisi teritinggi Ramones yang di raih mereka di Amerika.

Semakin Populer (1978-83)
Tommy Ramone, lelah dengan tour terus-terusan, hingga akhirnya ia meninggalkan band di awal tahun 1978. Dia meneruskan dengan menjadi produser rekaman Ramones dengan nama aslinya, Erdelyi. Posisi drumernya kemudian di isi oleh Marc Bell, yang telah menjadi band hard rock bernama Dust, Wayne County and the Backstreets Boys dan juga Richard Hell & The Voidoids. pada 1970-an. Bell kemudian mengubah namanya menjadi Marky Ramone. Tahun itu juga, Ramones mengeluarkan album studio ke empatnya, dan yang pertama dengan Marky, bernama "Road To Ruin". Album tersebut gagal meraih Billboard Toap 100. Akan tetapi, "I Wanna Be Sedated", akan menjadi lagu terbaik band tersebut nantinya.
Ramones - Cover Album Road To Ruin
Ramones kemudian ikut debut film mereka berjudul "Rock n Roll High School" (1979) oleh Roger Corman's. Album mereka kemudian keluar lagi pada tahun 1980 berjudul "End of The Century". Kemudian album tersebut menjadi album tertinggi di chart, yang meraih posisi 44 di Amerika Serikat dan 14 di Inggris. Johnny membuat pernyataan bahwa dia menambah banyak rasa punk agresive : "End of the Century was just watered-down Ramones. It's not the Real Ramones." "Baby, I Love You", menjadi hit tertinggi di Inggris,  mendapat posisi 8.
Pleasant Dreams, album keenam Ramones, di rilis pada tahun 1981. Ketika Pleasant Dreams meraih posisi 56 di chart Amerika, dua singlenya gagal masuk ke dalamnya. Kemudian, Subterranean Jungle, di rilis pada tahun 1983. Tetapi hanya mendapatkan posisi 83 di Amerika Serikat, ini akan menjadi album terakhir yang masuk ke dalam Billboard Top 100.

Pergantian Posisi (1983-89)
Setelah di rilisnya Subterranean Jungle, Marky di keluarkan dari band karena alkoholismenya. Dia kemudian di gantikan oleh Richard Reinhardt, yang kemudian menjadi Richie Ramone. Album Ramones pertama bersama Richie adalah Too Tought to Die pada tahun 1984. Album menandai akan sesuatu yang seperti suara asli band tersebut. Allmusic dari Stephen Thomas Erlewine, mengatakan "rythms are back up to jackhammer speed and songs are down to short, terse statements."
Ramones - Cover Album Halfway To Sanity
Ramones kemudian mengeluarkan album terakhir bersama Richie, "Halfway to Sanity". Richie kemudian meninggal Ramones pada Agustus 1987, marah karena selama empat tahun menjadi anggota band, anggota lain tetap tidak mau memberi dia bagian hasil dari uang mereka menjual T-shirts. Richie kemudian di gantikan oleh Clem Burke dari Blondie, yang kemudian mengganti namanya menjadi Elvis Ramones. Elvis merupakan bencana di Ramones. Dia kemudian di keluarkan setelah dua penampilan bersama dia tidak bagus. Permainan drum Burke tidak cocok dengan anggota band yang lain. Marky, yang kemudian bersih dari alkohol kemudian kembali.

Dee Dee Ramone kemudian keluar dari Ramones setelah album kesebelas mereka, pada tahun 1989, Brain Drain. Dia kemudian di gantikan oleh Christopher Joseph Ward, yang kemudian menjadi C.J Ramones, yang kemudian bersama hingga band tersebut bubar. Dee Dee kemudian menjadi berkarir sebagai rapper dengan nama Dee Dee King. Dengan cepat dia kembali ke punk rock dan membentuk beberapa band, dan dia tetap menulis lagu.

Tahun-tahun Terakhir (1990-96)

Setelah hampir satu dekade bersama Sire Records, Ramones kemudian pindah ke label yang baru, Radioactive Records. Album pertama mereka di Radioactive bernama "Mondo Bizarro", pada tahun 1992. "Acid Eaters" di mana semua merupakan lagu cover, keluar di akhir tahun. Pada tahun 1993 Ramones, tampil di animasi kartun The Simpsons di episode "Rosebud".
Ramones - The Simpsons episode Rosebud
Pada tahun 1995, Ramones mengeluarkan album ke 14, iAdios Amigos!, dan mengumumkan mereka akan berencana bubar jika album tersebut tidak sukses. Penampilan terakhir mereka adalah di Palace di Hollywood, pada 6 Agustus 1996. Di mana penampilan mereka di rekam dan di rilis dalm bentuk video dan cd dengan nama "We're Outta Here!" dengan tambahan penampilan kembali Dee Dee Ramone, dan juga bersama di tampilkan Lemmy dari Motorheads, Eddie Vedder dari Pearl Jam, Chris Cornell dari Soundgarden, Tim Armstrong dari Rancid dan Lars Frederiksen.

Konflik antara anggota Ramones
Di balik megahnya karir nama Ramones, tedapat sedikit masalah antara Joey dan Johnny di sepanjang karir Ramones. Mereka terlibat beberapa konflik. Di mana Joey penganut paham politik liberal sementara Johnny adalah seorang konservatif. Sikap mereka juga sangat berbenturan, Johnny menghabiskan dua tahun di sekolah militer, hidup di bawah kode displin, sementara Joey adalah seorang pelanggar aturan dan tidak taat.
Pada pertengahan tahun 1980, Johnny merebut pacar Joey, bernama Linda, yang kemudian di nikahinya. Sebagai konsekuensinya, mereka tidak berteguran semenjak itu, mereka berhenti berbicara dan memalingkan muka satu sama lain. Johnny tidak memanggil nama Joey sebelum kematiannya pada tahun 2001. Dan di film dokementer End of the Century, Johnny sangat depresi selama berminggu-minggu setelah kematin Joey.
Makam Jeff Hyman
Selain konflik tersebut, Dee Dee kemudian kembali ke dunia narkoba. Sementara Tommy meninggalkan band karena terdapat masalah dengan anggota band. Setelah bergabung anggota baru, metode pembagian bayaran tidak adil, dan menyebabkan masalah serius. Pada tahun 1997, Marky dan Joey terlibat perkelahian di Howard Stern Radio Show.

Reuni dan Kematian anggota Ramones
Pada tanggal 20 Juli, 1999, Dee Dee, Johnny, Joey, Tommy, Marky, dan C.J tampil bersama di Virgin Megastore di New York City untuk tanda tangan. Ini adalah pertemuan terakhir empat anggota asli Ramones tampil bersama. Joey, yang di diagnosa terkena lymphoma pada tahun 1995, meninggal pada tanggal 15 April 2001, di New York.
Ramones, pada saat penghargaan Rock and Roll Hall of Fame
Pada tahun 2002, Ramones di masukan ke dalam Rock n Roll Hall of Fame, penghargaan tertinggi terhadap band rock n roll. Di dalamnya terdapat nama Dee Dee, Johny, Joey, Tommy, dan Marky. Tommy bicara pertama, dan berkata tentang apa yang di rasakanya tentang penghargaan tersebut, dan terutama apa yang di rasakan Joey. Johnny mengucapkan terima kasih terhadap fans band tersebut dan memberkati George W. Bush dan kepresidenannya. Dee Dee kemudian bercanda dengan mengatakan selamat dan berterima kasih terhadap dirinya sendiri. Sementara Marky berterima kasih terhadap Tommy untuk gaya bermain drum nya yang mewabah. Green Day memainkan "Teenage Lobotomy" dan "Blitzkrieg Bop" sebagai tribute, demonstrasi bawah Ramones terus mempengaruhi musisi rock kemudian.

Pengaruh Ramones
Ramones berpengaruh cukup besar terhadap perkembangan musisi punk Kalifornia, termasuk Black Flag, Dead Kennedys, Social Distortion, Bad Relegion dan Descendents. Di akhir tahun 1970'an, banyak band sepenuh terpengaruh oleh Ramones, seperti The Lurkers dari Inggris, The Understones dari Irlandia, Teenage Head dari Kanada dan The Zeros dan The Dickies dari Kalifornia bagian selatan.

My Fucking Brain






Saat itu mungkin saya bisa dibilang manusia bodoh,
atau manusia idiot, atau bahkan mungkin lebih idiot dari manusia-manusia yang gak normal,,,!!!!